Disini saya kan bercerita tentang
tradisi yang ada dikampung saya tepatnya dikampung teuk tradisi yang aka saya
ceritakan ini tentang “Tuju Bulanan”, dan sebelum saya menceritakan tradisi
tuju bulanan ini disini saya akan sedikit menceritakan tentang sejarah
banten tau asal usul berdirinya banten.
Sejarah Banten
Banten
pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai,
serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5
merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyangatau
prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci Danghiyang,
Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947
dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Setelah runtuhnya
kerajaan Tarumanagara kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dilanjutkan
oleh Kerajaan Sunda. Lalu pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh
Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke
Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Ketika
sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de
Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar
dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di pertengahan
pesisir sebuah teluk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang
dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan.
Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat,
dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di sampingnya terdapat bangunan
datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai
tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun
didirikan sebuah mesjid agung.
Pada awal
abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam
jalur perniagaan internasional di Asia. Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia
Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan
dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom
provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk
di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1
Januari 1926.
Tradisi
tuju bulanan yang ada diteluk
Tradisi tuju bulanan yang ada
diteluk ini sangat kenta dan sudah menjadi sudah turun temurun dilakukan oleh
banyak orang dan tradisi tuju bulanan ini sudah melekat pada semua masyarakat
atau penduduk yang ada diteluk, tradisi tuju bulanan yang saya liat langsung
itu seperti
Upacara tuju bulanan yang ada
diteluk ini adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu
mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan
ibu yang melahirkan akan selamat, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh
bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah
persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah
besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam
upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat
Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Dan dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Dan dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya
ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah
dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para
tamu yang hadir dalam upacara tersebut.
Padahal didalam islam ini tidak ada tradisi tuju bulanan
hanya ada empat bulanan, knapa karena upacara mengandung empat bulan ini
orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan,
karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang
bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini
mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan
doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat. Dan tradisi empat
bulanan yang ada ditluk ini sngat jarang kebanyakan memakai ada tuju bulanan
karena adat tuju bulanan ini sudah menjadi tradisi kampung teluk dari dulu
sampai detik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar