Minggu, 03 Januari 2016

makalah matematika kelas rendah



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang masalah
Menurut Mujiono (1994:31) dalam proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar, sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal.
 Sejak puluhan tahun yang lalu perubahan baik dalam strategi mengajar maupun dalam kurikulum matematika sekolah telah mengalami perubahan yang banyak. Dahulu konsentrasi matematika  berada di sekolah, khususnya di sekolah dasar, terletak pada proses melakukan kalkulasi sehingga tertumpu pada latihan berhitung dan menghafal fakta-fakta. Sekarang pembelajaran matematika di sekolah dasar menekankan pada pemahaman konsep dasar matematika dan hubungan antar berbagai sistem bilangan. Bukanlah berarti ketrampilan berhitung sudah tidak diperlukan lagi, namun latihan dan hafalan itu akan lebih baik apabila dilandasi dengan pemahaman. Tanpa pemahaman ini, siswa akan kecil kemungkinannya dapat mengikuti perkembangan matematika dan kesulitan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan konstektual.
1.2 Rumusan masalah:
1.      Apa itu Matematika?
2.      Tujuan belajar Matematika?
3.      Bagaimana anak belajar Matematika?
4.      Bagaimana guru mengajar Matematika?

1.3  Tujuan yang ingin dicapai:

1.      Untuk mengetahui tentang matematika.
2.      Untuk mengetahui tujuan belajar matematika
3.      Untuk mengetahui bagaimana anak belajar matematika.
4.      Untuk mengetahui bagaimana guru mengajar matematika.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Matematika
            Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol, angka,  notasi. Konsep adalah ide abstrak yang dimungkinkan untuk mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau bukan contoh konsep memiliki tiga dimensi yaitu:
      1) Internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.
      2) Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.
      3) Nama. artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-konsep
 tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran.
            Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep, prinsip-prinsip pokok disebut teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dua bilangan real adalah komutatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik. Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan m kemampuan dapat menyelesaikan materi pengukuran luas daerah persegi dan persegi panjang.
            Seringkali orang mempertukarkan matematika dan aritmetika (berhitung). Padahal aritmetika itu hanyalah bagian dari matematika yang berkaiatn dengan bilangan, termasuk didalamnya berhitung (komputasi). Oleh karena itu tidak sedikit orang bahkan guru yang berpandangan bahwa matematika itu sama dengan ketrampilan berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari bilangan bulat, pecahan, dan desimal. Mereka percaya bahwa melatih ketrampilan berhitung sudah mencukupi kompentensi yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar. Matematika itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung, namun lebih luas daripada itu.
            Matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan hubungan. Siswa perlu menjadi sadar bahwa diantara idea-idea matematika terdapat saling keterkaitan. Siswa harus mampu melihat apakah suatu idea atau konsep matematika identik atau berbeda dengan konsep-konsep yang pernah dipelajarinya.
            Matematika diartikan juga sebagai cara berpikir sebab dalam matematika tersaji strategi untuk mengorganisasi, menganalisis, dan mensintesis informasi dalam memecahkan permasalahan. Seperti orang menulis sistem persamaan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika dapat dipandang sebagai bahasa dan sebagai alat. Sebagai bahasa matematika menggunakan definisi-definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus dan sebagai alat matematika digunakan setiap orang dalam kehidupannya.
2.2  Tujuan belajar matematika
            Menurut Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di SD sebagai berikut.
            1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).
            2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
            3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
            4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.
            Tujuan dari belajar matematika ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir anak dan anak-anak mampu berhitung dengan menggunakan berbagai metode cepat sehingga dapat menyelesaikan soal dengan lebih cepat dan jawabannya tepat.
            Tujuan yang ingin dicapai adalah anak-anak tingkat SD, Harapannya anak-anak tersebut dapat menghitung matematika dengan menggunakan metode cepat perkalian dengan menggunakan jari tangan seperti yang telah saya ajarkan, sehingga anak-anak mampu menjawab soal-soal yang ada di sekolahnya dan tidak takut lagi dengan mata pelajaran matematika yang selama ini dianggap sulit oleh kebanyakan siswa.

2.3  Bagaimana anak belajar matematika
            Matematika dapat diajarkan melalui: melihat, mendengar, membaca, mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekan, dan menyelesaikan latihan. Perlu diingat, bahwa itu semua mengundang peran-serta guru yang seimbang dalam membimbing dan mengarahkannya. Pengalaman akan benda-benda kongkrit yang dimiliki anak sangat membantu dalam mendasari pemahaman konsep-konsep yang abstrak. Guru harus terampil membangun jembatan penghubung antara pengalaman kongkrit dengan konsep-konsep matematika. Oleh karena itu peranan media pembelajaran, terutama alat peraga, memiliki peranan yang penting untuk kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar.

2.4 Bagaimana guru mengajar matematika
ü  Mulailah dari apa yang diketahui anak, bukan dari apa yang diketahui guru
ü  Sajikan matematika dalam suasana menyenangkan
ü  Beri siswa kesempatan sebanyak-banyaknya untuk berbicara, bekerja, dan menulis mengenai matematika.
ü  Gunakan bahasa yang biasa (familier bagi anak) sebagai strategi awal
ü  Padukan matematika dengan pelajaran lain
ü  Manfaatkan rekayasa teknologi (kalkulator dan komputer)
ü  Gunakan media pembelajaran yang mudah diperoleh dan menarik
ü  Biasakan menyelesaikan suatu permasalahan dengan pendekatan problem solving
ü  Biasakan siswa untuk aktif bekerjasama dalam kelompok (cooperative learning
            Dan unuk mempermudah proses pebelajaran atau memperudah menyampaikan materi guru harus menggunakan beberapa metode diantaranya:
·         Metode jarimatika
      Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan.  Metode ini dikembangkan  oleh Septi Peni Wulandani sekitar tahun 2004. Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) sampai dengan ribuan.
      Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
      Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia bahkan saat ujian karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri. Sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :
            • Dimulai dengan memahami konsep bilangan, lambang  bilangan   dan  operasi    hitung dasar
            • Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
            • Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
                        Contohnya yaitu dalam soal penjumlahan yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa:
Ø  Tekankan pada anak dan selalu ingatkan bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan.
Ø  Ajarkan anak dalam mengerjakan matematika/hitungan angka dengan logika, bukan dengan menghitung.
Ø  Ajarkan angka 1 - 10 dengan menggunakan hitungan jari, dan ajarkan anak untuk mengingat posisi jari         pada angka tersebut. Misalnya 7 adalah dengan membuka kelima jari tangan kiri dan 2 (jempol dan ibu jari) tangan kanan, dst. Inilah awal anak belajar menghitung.
Ø  Ajarkan anak menghitung dimulai dari penjumlahan angka yang menghasilkan nilai 5. Misal: 1 + 4 = 5, 2 + 3 = 5. biarkan anak mengingatnya dengan otomatis penjumlahan tsb. (Jangan ajarkan: 1 simpan di hati, buka 4 jari lalu hitung habis 1, 2, 3, 4,5. Ini akan menyusahkan anak ketika anak sudah belajar perkalian yang membutuhkan hitungan penjumlahan yang cepat dan akurat.
Ø  Ajarkan anak menghitung penjumlahan yang menghasilkan angka 10. Misalnya, 1 + 9 = 10, 2 + 8 = 10 dan seterusnya. Biarkan anak mengingat secara otomatis pasangan angka penjumlahan yang menghasilkan 10.
Ø  Setelah anak mengingat pasangan angka penjumlahan yang menghasilkan 5 dan 10 ajarkan nilai tempat/angka yang dimulai dengan satuan, puluhan, ratusan, dst. Ini sangat penting. Banyak orang tua dan guru melupakan bahwa nilai tempat inilah modal anak untuk menghitung dengan cepat.
Ø  Setelah mengerti nilai tempat/angka puluhan, ajarkan penjumlah angka dimulai dari 10 + 1, 10 + 2 dst.
Ø  lalu ajarkan penjumlahan bilangan lain yang menghasilkan angka lebih dari 10 dengan bermain di angka puluhan.. Misalnya 7 + 8 = 15. Jangan mengajarkan anak menghitung  satu per satu, tapi mainkan pasangan angka puluhan dari salah satu angka di atas. Teman 7 adalah 3, atau 7 + 3 = 10. Jadi angka 3 sudah berpindah/berteman ke angka 7, maka 8 - 3 = 5, jadi 10 + 5 = 15. Lama kelamaan anak hanya akan menghitung nilai satuannya, karena puluhannya otomatis sudah ia hitung dengan pasangan angka puluhan seperti pada poin 5.
Dan agar siswa lebih menarik untuk belajar atematika terutama soal penjumlahan yang dianggap sulit seorang guru juga harus bisa membuat siswa lebih senang belajar matematika dengan menunjukan sebuah gambar yang menarik agar siswanya lebih senang dan semangat belajar matematika seperti gambar berikut:
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmyZ12yhEC1L6y7yDsYDSBTZxSLKi5thN7ZeRc2AsATxm_RYQm9fUCubs5mvv6hEke0cx8YiEUA0aheRIzgBhh861Ak-8MJpYTNShNoYlCXuWtmzvTaOsE7gS5YmWoFaGH6NjQK2GGj-4/s1600/Belajar+Anak+-+Penjumlahan+Basket+2+(Medium).jpg
Description: http://video.kemdikbud.go.id/tumbnail/FUN-MATH-OPERASI-HITUNG-PENJUMLAHAN-2.jpg

BAB III
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
            Matematika itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung, namun lebih luas daripada itu. Matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan hubungan. Matematika diartikan juga sebagai cara berpikir. Selain itu matematika dapat dipandang sebagai bahasa dan sebagai alat.  
           Matematika dapat diajarkan melalui: melihat, mendengar, membaca, mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekan, dan menyelesaikan latihan. Oleh karena itu peranan media pembelajaran, terutama alat peraga, memiliki peranan yang penting untuk kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar.
1.2  Saran
Para pendidik dalam kegiatan belajar mengajar ini dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, karena matematika itu perlu diajarkan dengan melihat, mendengar, membaca, oleh karena itu guru harus lebih kreatif dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat agar memicu semangat dan aktifitas siswa, seperti pembelajaran yang menerapakan pendekatan yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif.











DAFTAR PUSTAKA
                                            



4 komentar: