BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Menurut Mujiono (1994:31) dalam
proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi
keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan
sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Komponen-komponen
tersebut sangat penting dalam proses belajar, sehingga melemahnya satu atau
lebih komponen dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal.
Sejak
puluhan tahun yang lalu perubahan baik dalam strategi mengajar maupun dalam
kurikulum matematika sekolah telah mengalami perubahan yang banyak. Dahulu
konsentrasi matematika berada di sekolah, khususnya di sekolah dasar,
terletak pada proses melakukan kalkulasi sehingga tertumpu pada latihan
berhitung dan menghafal fakta-fakta. Sekarang pembelajaran matematika di
sekolah dasar menekankan pada pemahaman konsep dasar matematika dan hubungan
antar berbagai sistem bilangan. Bukanlah berarti ketrampilan berhitung sudah
tidak diperlukan lagi, namun latihan dan hafalan itu akan lebih baik apabila
dilandasi dengan pemahaman. Tanpa pemahaman ini, siswa akan kecil
kemungkinannya dapat mengikuti perkembangan matematika dan kesulitan dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan konstektual.
1.2 Rumusan masalah:
1.
Apa
itu Matematika?
2.
Tujuan
belajar Matematika?
3.
Bagaimana
anak belajar Matematika?
4.
Bagaimana
guru mengajar Matematika?
1.3 Tujuan yang ingin dicapai:
1.
Untuk
mengetahui tentang matematika.
2.
Untuk
mengetahui tujuan belajar matematika
3.
Untuk
mengetahui bagaimana anak belajar matematika.
4.
Untuk
mengetahui bagaimana guru mengajar matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Matematika
Fakta
adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol,
angka, notasi. Konsep adalah ide abstrak
yang dimungkinkan untuk mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau
bukan contoh konsep memiliki tiga dimensi yaitu:
1) Internalisasi pengembangan pola mental
yang memberikan pada kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.
2) Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.
3) Nama. artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-konsep
tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran.
2) Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.
3) Nama. artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-konsep
tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran.
Prinsip
sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep, prinsip-prinsip pokok
disebut teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah
penjumlahan dua bilangan real adalah komutatif, dua garis lurus yang tidak
sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik.
Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur
dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan m kemampuan dapat
menyelesaikan materi pengukuran luas daerah persegi dan persegi panjang.
Seringkali
orang mempertukarkan matematika dan aritmetika (berhitung). Padahal aritmetika
itu hanyalah bagian dari matematika yang berkaiatn dengan bilangan, termasuk
didalamnya berhitung (komputasi). Oleh karena itu tidak sedikit orang bahkan
guru yang berpandangan bahwa matematika itu sama dengan ketrampilan berhitung
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari bilangan bulat,
pecahan, dan desimal. Mereka percaya bahwa melatih ketrampilan berhitung sudah
mencukupi kompentensi yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar. Matematika
itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung, namun lebih luas daripada itu.
Matematika
dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan hubungan. Siswa perlu
menjadi sadar bahwa diantara idea-idea matematika terdapat saling keterkaitan.
Siswa harus mampu melihat apakah suatu idea atau konsep matematika identik atau
berbeda dengan konsep-konsep yang pernah dipelajarinya.
Matematika
diartikan juga sebagai cara berpikir sebab dalam matematika tersaji
strategi untuk mengorganisasi, menganalisis, dan mensintesis informasi dalam
memecahkan permasalahan. Seperti orang menulis sistem persamaan untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika dapat
dipandang sebagai bahasa dan sebagai alat. Sebagai bahasa
matematika menggunakan definisi-definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus
dan sebagai alat matematika digunakan setiap orang dalam kehidupannya.
2.2 Tujuan belajar matematika
Menurut
Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di SD sebagai berikut.
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).
2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).
2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.
Tujuan
dari belajar matematika ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir anak
dan anak-anak mampu berhitung dengan menggunakan berbagai metode cepat sehingga
dapat menyelesaikan soal dengan lebih cepat dan jawabannya tepat.
Tujuan
yang ingin dicapai adalah anak-anak tingkat SD, Harapannya anak-anak tersebut
dapat menghitung matematika dengan menggunakan metode cepat perkalian dengan
menggunakan jari tangan seperti yang telah saya ajarkan, sehingga anak-anak
mampu menjawab soal-soal yang ada di sekolahnya dan tidak takut lagi dengan
mata pelajaran matematika yang selama ini dianggap sulit oleh kebanyakan siswa.
2.3 Bagaimana anak belajar matematika
Matematika
dapat diajarkan melalui: melihat, mendengar, membaca, mengikuti perintah,
mengimitasi, mempraktekan, dan menyelesaikan latihan. Perlu diingat, bahwa itu
semua mengundang peran-serta guru yang seimbang dalam membimbing dan
mengarahkannya. Pengalaman akan benda-benda kongkrit yang dimiliki anak sangat
membantu dalam mendasari pemahaman konsep-konsep yang abstrak. Guru harus
terampil membangun jembatan penghubung antara pengalaman kongkrit dengan konsep-konsep
matematika. Oleh karena itu peranan media pembelajaran, terutama alat peraga,
memiliki peranan yang penting untuk kegiatan pembelajaran matematika di sekolah
dasar.
2.4 Bagaimana guru mengajar
matematika
ü
Mulailah dari apa yang diketahui
anak, bukan dari apa yang diketahui guru
ü
Sajikan matematika dalam suasana
menyenangkan
ü
Beri siswa kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk berbicara, bekerja, dan menulis mengenai matematika.
ü
Gunakan bahasa yang biasa (familier
bagi anak) sebagai strategi awal
ü
Padukan matematika dengan pelajaran
lain
ü
Manfaatkan rekayasa teknologi
(kalkulator dan komputer)
ü
Gunakan media pembelajaran yang
mudah diperoleh dan menarik
ü
Biasakan menyelesaikan suatu
permasalahan dengan pendekatan problem solving
ü
Biasakan siswa untuk aktif bekerjasama
dalam kelompok (cooperative learning
Dan
unuk mempermudah proses pebelajaran atau memperudah menyampaikan materi guru
harus menggunakan beberapa metode diantaranya:
·
Metode jarimatika
Jarimatika
(singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan
jari tangan. Metode ini dikembangkan oleh Septi Peni Wulandani
sekitar tahun 2004. Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode
jarimatika mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) sampai
dengan ribuan.
Jarimatika
adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar
kepada anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar
terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung
dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya
diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
Metode
ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena
jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia bahkan
saat ujian karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri. Sebuah cara
sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut
kaidah-kaidah berikut :
•
Dimulai dengan memahami konsep bilangan, lambang bilangan dan operasi hitung dasar
• Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
• Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
• Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
• Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
Contohnya
yaitu dalam soal penjumlahan yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa:
Ø
Tekankan pada anak dan selalu
ingatkan bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan.
Ø
Ajarkan anak dalam mengerjakan
matematika/hitungan angka dengan logika, bukan dengan menghitung.
Ø
Ajarkan angka 1 - 10 dengan
menggunakan hitungan jari, dan ajarkan anak untuk mengingat posisi jari
pada angka tersebut. Misalnya 7 adalah dengan membuka
kelima jari tangan kiri dan 2 (jempol dan ibu jari) tangan kanan, dst. Inilah
awal anak belajar menghitung.
Ø
Ajarkan anak menghitung dimulai dari
penjumlahan angka yang menghasilkan nilai 5. Misal: 1 + 4 = 5, 2 + 3 = 5.
biarkan anak mengingatnya dengan otomatis penjumlahan tsb. (Jangan ajarkan: 1
simpan di hati, buka 4 jari lalu hitung habis 1, 2, 3, 4,5. Ini akan
menyusahkan anak ketika anak sudah belajar perkalian yang membutuhkan hitungan
penjumlahan yang cepat dan akurat.
Ø
Ajarkan anak menghitung penjumlahan
yang menghasilkan angka 10. Misalnya, 1 + 9 = 10, 2 + 8 = 10 dan seterusnya.
Biarkan anak mengingat secara otomatis pasangan angka penjumlahan yang
menghasilkan 10.
Ø
Setelah anak mengingat pasangan
angka penjumlahan yang menghasilkan 5 dan 10 ajarkan nilai tempat/angka yang
dimulai dengan satuan, puluhan, ratusan, dst. Ini sangat penting. Banyak orang
tua dan guru melupakan bahwa nilai tempat inilah modal anak untuk menghitung
dengan cepat.
Ø
Setelah mengerti nilai tempat/angka
puluhan, ajarkan penjumlah angka dimulai dari 10 + 1, 10 + 2 dst.
Ø
lalu ajarkan penjumlahan bilangan
lain yang menghasilkan angka lebih dari 10 dengan bermain di angka puluhan..
Misalnya 7 + 8 = 15. Jangan mengajarkan anak menghitung satu per satu,
tapi mainkan pasangan angka puluhan dari salah satu angka di atas. Teman 7
adalah 3, atau 7 + 3 = 10. Jadi angka 3 sudah berpindah/berteman ke angka 7,
maka 8 - 3 = 5, jadi 10 + 5 = 15. Lama kelamaan anak hanya akan menghitung
nilai satuannya, karena puluhannya otomatis sudah ia hitung dengan pasangan
angka puluhan seperti pada poin 5.
Dan agar
siswa lebih menarik untuk belajar atematika terutama soal penjumlahan yang
dianggap sulit seorang guru juga harus bisa membuat siswa lebih senang belajar
matematika dengan menunjukan sebuah gambar yang menarik agar siswanya lebih
senang dan semangat belajar matematika seperti gambar berikut:


BAB
III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Matematika
itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung, namun lebih luas daripada
itu. Matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan hubungan. Matematika diartikan juga
sebagai cara
berpikir. Selain itu matematika dapat dipandang
sebagai bahasa dan sebagai alat.
Matematika dapat diajarkan melalui: melihat, mendengar, membaca,
mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekan, dan menyelesaikan
latihan. Oleh karena itu peranan media pembelajaran, terutama alat peraga,
memiliki peranan yang penting untuk kegiatan pembelajaran matematika di sekolah
dasar.
1.2 Saran
Para
pendidik dalam kegiatan belajar mengajar ini dapat memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, karena matematika itu perlu diajarkan dengan melihat,
mendengar, membaca, oleh karena itu guru harus lebih kreatif dalam memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat agar memicu semangat dan aktifitas siswa,
seperti pembelajaran yang menerapakan pendekatan yang dapat menciptakan suasana
belajar yang aktif.
DAFTAR
PUSTAKA
trimakasih atas infonya....
BalasHapusminta izin copas buat tugas ya... sukses selalu....
terimakasih, izin copas ya..
BalasHapusizin copas
BalasHapusmateri ini sangat bermanfaat, terimakasih ya
BalasHapus